Gaya Hidup

Berapa Lama Otak Manusia Mampu Bertahan tanpa Oksigen?

Pasien di rumah sakit. Foto: Dok. Republika

MAGENTA -- Otak manusia adalah organ yang sangat kompleks dan rapuh. Otak bergantung pada pasokan darah beroksigen secara konstan.

Tanpa oksigen, sel-sel otak, termasuk neuron pengirim sinyal yang memungkinkan kita berpikir dan merasa, mulai mati. Tapi berapa lama sebenarnya otak bisa bertahan tanpa oksigen?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ahli saraf vaskular dan asisten profesor di Barrow Neurological Institute di Phoenix, Arizona Danny Gonzalez mengatakan jawaban atas pertanyaan ini belum sepenuhnya jelas. Otak manusia membutuhkan lebih banyak energi dibandingkan organ lain di tubuh.

BACA JUGA: Prakiraan Cuaca Jabodetabek Hari Ini Sabtu 6 Januari 2024, Jaksel Berpotensi Hujan Petir

Meskipun hanya menyumbang dua persen dari rata-rata berat badan orang dewasa, menurut ulasan tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Intensive Care Medicine, otak menggunakan sekitar 20 persen darah beroksigen dan berisi bahan bakar yang dipompa oleh jantung.

Dilansir di Live Science, Rabu (3/1/2024), otak kita membutuhkan pasokan oksigen yang sangat besar ini untuk menjaga keseimbangan elektrolit. Mineral ini yang membawa muatan listrik dan merupakan kunci untuk menghantarkan impuls listrik dalam sistem saraf.

Ketidakseimbangan elektrolit ini mengganggu kemampuan neuron untuk mengirim pesan karena sel bergantung pada natrium dan kalium yang mengalir masuk dan keluar dari membrannya. Aliran ini dikendalikan oleh 'pompa' di membran neuron yang tidak berfungsi tanpa oksigen yang memadai.

BACA JUGA: Cara Hilangkan Keriput dengan Nanas, Pisang, Madu, dan Minyak Kelapa

Disfungsi pompa menyebabkan penumpukan natrium dan air dengan cepat hingga menyebabkan neuron membengkak. Namun demikian, menurut ulasan yang diterbitkan dalam jurnal Neurocritical Care pada 2021, mekanisme pasti di balik pembengkakan ini masih belum sepenuhnya dipahami.

Waktu yang dibutuhkan otak untuk mengalami kerusakan permanen atau mati total karena kekurangan oksigen bergantung pada beberapa faktor, termasuk tingkat dan durasi kehilangan oksigen. Hal ini karena gangguan pasokan darah ke otak mungkin hanya terjadi sebagian, seperti pada kasus strok atau cedera kepala tertentu. Bisa juga total, seperti pada serangan jantung dimana fungsi jantung tiba-tiba berhenti.

Strok tidak akan menyebabkan sel-sel otak mati seketika. Namun, menurut sumber medis StatPearls, semakin lama kekurangan oksigen berlangsung, semakin parah kerusakan pada otak.

BACA JUGA: Kecelakaan Kereta Cicalengka, Ini Daftar Kecelakaan Kereta Api Indonesia Sepanjang 2023

National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) mengungkapkan hanya dalam lima menit, oksigen rendah dapat menyebabkan koma, kejang, dan kematian neuron. Untungnya, seseorang masih dapat memulihkan fungsi otak secara substansial setelah strok jika ditangani dengan cukup cepat.

Kurangnya oksigen di otak akan menyebabkan...

"Kurangnya oksigen di otak akan menyebabkan sel-sel otak mati dalam beberapa menit," kata Gonzalez.

Pada serangan jantung, aktivitas listrik spontan di permukaan otak menghilang dalam waktu 10 hingga 30 detik setelah penghentian aliran darah. MedlinePlus dari National Library of Medicine mengatakan kerusakan otak permanen dapat terjadi hanya dalam waktu empat menit jika aliran darah seseorang terhenti.

“Setiap cedera otak anoksik berkepanjangan (yang disebabkan oleh kekurangan oksigen) yang mengakibatkan kematian sel dalam jumlah besar meningkatkan risiko diagnosis kematian otak selama rawat inap,” kata Gonzalez.

Kematian otak, juga dikenal sebagai kematian berdasarkan kriteria neurologis adalah hilangnya fungsi otak secara total dan tidak dapat diubah. Meskipun kerusakan otak akibat rendahnya oksigen umumnya terjadi dalam hitungan menit, tingkat pasti terjadinya kerusakan dapat berbeda-beda pada setiap orang.

BACA JUGA: Doa Memohon Kemudahan Saat Menghadapi Kesulitan

“Hal ini tentu tergantung pada individu dan faktor risiko apa yang mungkin dimiliki seseorang, seperti tekanan darah, kolesterol, dan kebiasaan merokok,” kata Gonzalez.

Kesehatan kardiovaskular yang buruk dapat menyebabkan penumpukan plak lemak yang mengeraskan dan mempersempit pembuluh darah. Ini pada akhirnya membatasi aliran darah ke jaringan dan organ, termasuk otak. Meskipun demikian, kesehatan kardiovaskular yang buruk terkadang memberikan keuntungan yang tidak terduga jika otak kekurangan oksigen.

“Seseorang yang memiliki sejarah panjang faktor risiko dapat mengembangkan arteri atau pola aliran kompensasi untuk membantu mereka ketika jaringan otak mulai kehilangan oksigen,” kata Gonzalez.

Sebaliknya, individu yang lebih muda dan sehat mungkin tidak dapat menoleransi kekurangan oksigen pada tingkat yang sama. Namun, dia menekankan hal ini selalu terjadi berdasarkan kasus per kasus.

BACA JUGA: Info Loker: BPJS Kesehatan Cari Tenaga Admin, Pendaftaran Ditutup 28 Februari 2024