Tips Pensiun Tanpa Membebani Anak
MAGENTA -- Di tengah peningkatan jumlah penduduk usia produktif di Indonesia, ironisnya jumlah peserta dana pensiun terus mengalami penurunan. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan jumlah peserta dana pensiun merosot dari 4,64 juta peserta di tahun 2018 menjadi 4,06 juta peserta pada November 2023.
Padahal, persentase penduduk usia produktif (15-64 tahun) di Indonesia meningkat dari 66,1 persen di tahun 2010 menjadi 69,3 persen pada tahun 2022, atau dari 157,05 juta orang menjadi 190,98 juta orang.
Menurut CEO & Presiden Direktur PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Afifa, bonus demografi saat ini akan menjadi permasalahan di kemudian hari, ketika populasi usia produktif ini beralih memasuki usia nonproduktif dengan kesiapan pensiun yang minim.
BACA JUGA: Doa Agar Utang Segera Lunas
"Apalagi umur harapan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami peningkatan, sehingga membutuhkan biaya lebih untuk jangka waktu lebih panjang," kata Afifa dalam keterangannya, Jumat (23/2/2024).
Lantas, apa yang bisa dilakukan agar populasi usia nonproduktif tidak menjadi beban bagi anak dan negara?
• Sumber pendapatan di masa pensiun
Di masa pensiun, pendapatan bisa berasal dari beberapa sumber seperti gaji dan upah, dukungan keluarga, jaminan sosial dari pemerintah, dana pensiun, serta kekayaan rumah tangga.
Dari lima sumber pendapatan di masa pensiun tersebut, penghasilan berupa gaji/upah tentunya masih diharapkan oleh sebagian pensiunan, walau realitanya tidak seluruhnya masih tetap bisa berada di dunia kerja serta memperoleh penghasilan.
Di sisi lain, tidak bisa dipungkiri bahwa sebagian pensiunan mengandalkan dukungan keluarga untuk menopang kebutuhan finansial mereka. Akan tetapi, tentunya kurang bijak jika menjadikan anak sebagai bagian utama dari sumber pendapatan pada masa pensiun. Jadi, masa pensiun memang harus disiapkan sejak masa usia produktif agar tidak membebani anak
• Sesuaikan gaya hidup
Langkah penting yang harus dilakukan sejak usia produktif adalah menyesuaikan gaya hidup secara bertahap dan meningkatkan simpanan dana pensiun walau masa pensiun terbilang masih jauh.
Ketika mendapatkan gaji/upah/bonus, segera sisihkan sebagian untuk digunakan di masa pensiun nanti, kemudian selebihnya bisa digunakan untuk beragam kebutuhan saat ini. Pergi berlibur atau membeli barang konsumtif tentu tetap bisa dilakukan, asalkan tidak berlebihan.
• Ikut program dana pensiun
Pensiun dengan mengandalkan program dari pemerintah (BPJS Ketenagakerjaan) saja seringkali tidak mencukupi. Oleh karena itu, pilih dan ikut program pensiun tambahan yang sesuai dengan kebutuhan.
Pelajari risiko dan manfaat dari program pensiun yang ditawarkan, perhatikan juga hak dan kewajiban peserta program serta prosedur pencairan dananya. Setelah menjadi peserta program pensiun, isi secara rutin dana persiapan pensiun dari penghasilan bulanan.
BACA JUGA: Perayaan Imlek: Dilarang Soeharto, Dibolehkan Gus Dur, dan Diliburkan Megawati
• Biarkan aset bekerja untuk kita
Di usia senja, tentunya fisik tidak lagi sekuat saat muda. Jadi, sebaiknya saat itu kita sudah memiliki passive income yang bisa menopang kebutuhan hidup kita. Ada beragam alternatif investasi yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan passive income, seperti properti, saham, obligasi, dan reksa dana.
Bagi yang tidak memiliki waktu dan keahlian untuk mengelola investasi sendiri, silakan manfaatkan reksa dana, sebuah alternatif investasi yang dikelola oleh para profesional yang berpengalaman dalam pengelolaan portofolio saham dan obligasi.
Ragam jenis reksa dana antara lain reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, reksa dana pasar uang, dan reksa dana terproteksi.
"Dengan berinvestasi di reksa dana, kita mempersiapkan masa pensiun dengan memanfaatkan potensi pertumbuhan pasar modal Indonesia dan negara lainnya," tutup Affah.