History

Kebakaran Museum Nasional, Teringat Jejak Perampokan Sadis Kusni Kasdut 62 Tahun Lalu

Kusni Kasdut pelaku perampokan Museum Nasional pada 31 Mei 1961. Foto: Dok Republika

MAGENTA -- Museum Nasional Indonesia di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, mengalami kebakaran pada Sabtu malam (16/9/2023). Dugaan sementara, api berasal dari korsleting arus listrik yang terjadi di bedeng proyek renovasi museum.

Museum Nasional didirikan oleh Pemerintah Belanda pada 24 April 1778. Museum yang juga kerap disebut Museum Gajah merupakan museum arkeologi, sejarah, etnografi, dan geografi. Museum Nasional dibuka untuk pertama kalinya pada 1868.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Museum Nasional pernah mendapat hadiah khusus dari Raja Chulalongkorn dari Thailand berupa patung gajah dari perunggu di tahun 1871. Patung gajah itulah yang membuat Museum Nasional juga disebut sebagai Museum Gajah.

BACA JUGA: Dari Pejuang Hingga Jadi Bandit, Siapa Kusni Kasdut yang Dieksekusi Mati pada 1980?

Pengelolaan museum resmi diambil alih oleh Lembaga Kebudayaan Indonesia pada 17 September 1962 melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.092/ 0/1979 tertanggal 28 Mei 1979. Kini Museum Nasional berada di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Dikutip dari museumjakarta.com, sejak 2001 Museum Nasional telah menyimpan 109.342 objek koleksi dan museum ini menjadi salah satu museum terlengkap di Indonesia. Dari tahun ke tahun koleksi Museum Nasional masih terus bertambah hingga totalnya mencapai 140 ribu buah lebih koleksi di tahun 2006.

Kusni Kasdut Merampok Museum Nasional

Pada 1961, beberapa benda pusaka yang terbuat dari emas, berlian, hingga permata di museum dirampok. Adalah Kusni Kasdut pelakunya yang merampok benda bersejarah senilai Rp 2,5 miliar tersebut. Sejak saat itu, nama Kusni Kasdut menjadi buronan yang paling dicari di Indonesia.

BACA JUGA: Ngeyel, Soeharto Ogah Pakai Rompi Antipeluru Saat Kunjungi Bosnia pada 1995

"Nama Kusni Kasdut makin berkibar dan dikenal sebagai pencuri benda seni. Pada 31 Mei 1961, Kusni Kasdut merampok Museum Nasional yang akrab disebut Museum Gajah. Dalam melaksanakan aksinya itu, Kusni Kasdut menyamar dengan mengenakan seragam polisi, lalu masuk ke museum," tulis Hukman Reni dalam bukunya berjudul Heboh Bali Nine: Eksekusi Sindikat Narkoba Australia (2015).

Dalam melakukan aksinya, Kusni Kasdut dibantu koleganya Herman, Budi, dan Sumali. Kusni dkk melakukan aksi dari sebuah rumah di kawasan Slipi, Jakarta Barat dengan menyamar sebagai polisi. Selain membekali diri dengan sejata api dan belati, Kusni juga sudah menyiapkan sebuah jip curian dengan pelat nomor yang dipalsukan.

Aksi perampokan dilakukan pada pagi hari. Dengan berpakaian polisi, Kusni Kasdut dkk berjalan santai saat masuk ke museum. Meski heran dan curiga karena kedatangan polisi, petugas museum memberi jalan kepada mereka. Sesampainya di dalam segala macam benda-benda bersejarah diamatinya dengan seksama.

BACA JUGA: Saking Melaratnya, Sukarno Kecil tak Mampu Beli Petasan di Hari Lebaran

Sesaat kemudian, Kusni Kasdut dkk melakukan aksi. Mereka membobol lemari pajangan tempat emas dan berlian dan mengambil ragam koleksi dari ruang pustaka. "Kemudian menyandera pengunjung dan menembak mati seorang petugas museum. Kusni kemudian ditangkap saat menjual hasil jarahannya di Semarang," tulis Hukman Reni.

Sebelumnya, pada 11 Agustus 1953, Kusni Kasdut ditemani Bir Ali, anak Cikini, merampok seorang pengusaha Arab tajir bernama Ali Badjened. Aksi perampokan dilakukan pada sore hari dengan berbekal sepucuk pistol. Ali Badjened yang baru keluar dari kediamannya di kawasan Awab Alhajiri, Kebon Sirih, ditembak dari atas jip.

“Ali Badjened dirampok sore hari ketika baru saja keluar dari kediamannya di kawasan Awab Alhajiri. Dia meninggal saat itu juga akibat peluru yang ditembakkan dari jip oleh penjahat ini. Peristiwa itu sangat menggemparkan ketika itu karena masalah perampokan dengan membunuh korban belum banyak terjadi seperti sekarang,” tulis Alwi Shahab dalam buku Batavia Kota Banjir yang diterbitkan oleh Penerbit Republika 2009.

BACA JUGA: Cerita Bang Ali Tampar Sopir Truk dan Digaji Rp 9.500 untuk Ngurusin Jakarta

Vonis Mati Kusni Kasdut

Kusni Kasdut, lelaki kelahiran Blitar, Jawa Timur, 1929 itu divonis mati oleh Pengadilan Semarang pada 1969. Sepuluh tahun kemudian Kusni dieksekusi, yakni pada 1980. Selama jeda menanti eksekusi, Kusni sering merepotkan para sipir. Ia berkali-kali kabur dari penjara. Setidaknya lima kali Kusni kabur dari penjara karena ogah ditembak mati.

Permintaan terakhir Kusni Kasdut sebelum dieksekusi adalah ia ingin duduk di tengah keluarganya. Permintaan itu dikabulkan oleh Kepala penjara Kalisosok Surabaya. "Sembilan jam sebelum dibawa pergi tim eksekutor Kusni duduk di tengah anak, menantu, dan dua cucunya," tulis Hukman Reni.

Dalam pertemuan terakhir tersaji di atas meja: capcai, mi, dan ayam goreng kegemarannya. Saat semua keluarganya menangis, Kusni Kasdut tidak menangis. Kusni hanya berpesan agar honor dari kisahnya yang ditulis Parakitri Simbolon dan diterbitkan Gramedia diurus Bambang, anak dari istri pertamanya.

BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat

Waktu menjadi cepat berlalu. Pertemuan terakhir berakhir. Kusni dikembalikan ke dalam selnya. Kusni duduk dekat terali besi sambil menghisap kreteknya. Kusni juga mengobrol dengan sipir, dan sesekali bersembahyang. Ketika tim eksekutor menjemputnya pukul 03.00, Kusni menolak disuruh mandi.

Di depan penjara sebelum menuju lapangan tembak Kusni menyalami petugas yang selama ini menjaganya. Kusni Kasdut telah menjalani hukuman ditembak sampai mati pada 16 Februari 1980 sekitar pukul 04.35 WIB oleh 12 orang dari regu tembak. Tiga buah pelor tepat mengenai jantung dan lima peluru lainnya yang bersarang di perut menjadi bukti eksekusi terhadap penjahat kambuhan itu telah dilaksanakan.

BACA JUGA: Kesederhanaan Bung Hatta: Ironi Sepatu Bally tak Terbeli dan Tas Branded Istri Pejabat