History

Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Mata Orang Betawi

Ilustrasi peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi Muhammad SAW merupakan kegiatan yang positif. Foto: ANTARA/Siswowidodo

MAGENTA -- Maulid Nabi diperingati tiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriah. Maulid Nabi adalah peringatan hari lahir Nabi Muhammad SAW. Arti kata maulid atau milad dalam bahasa Arab mempunyai arti hari lahir.

Bagi masyarakat Betawi zaman dulu, acara Maulid Nabi tidak hanya dilakukan pada 12 Rabiul Awal, tetapi juga bisa dilakukan sepanjang bulan Maulid. Berpindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Malahan, acara maulid lazim juga dilakukan pada acara pernikahan, sunatan dan lain-lain.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut Abdul Chaer dalam bukunya yang berjudul Folklor Betawi: Kebudayaan & Kehidupan Orang Betawi, perayaan Maulid Nabi pada zaman dulu bukan dilakukan dengan mendengarkan ceramah dari seorang dai atau ustaz saja.

BACA JUGA: Orang Betawi Sakit Obatnya Cuma Dedaunan: Resep Ramuan Tradisional, dari Borok Hingga Keremian

Perayaan Maulid Nabi, juga dilakukan dengan membacakan sejarah Nabi, seperti dari Barzanji atau kitab Sarafal Anam secara bergantian bab per bab. Biasanya para jamaah mempunyai bacaan tertentu, bab mana yang biasa dibacanya.

"Kalau acara maulid diadakan di langgar atau di masjid, hidangan yang akan disantap setelah acara selesai berasal dari para jamaah yang membawanya ke langgar atau ke masjid. Pada umumnya makanan itu berupa nasi uduk, nasi ulam, nasi sege, atau nasi putih biasa yang disertai dengan lauk-pauknya," tulis Abdul Chaer dalam bukunya setebal 302 halaman tersebut.

Biasanya hidangan tersebut akan dimakan secara bersama oleh jamaah. Kalau tidak habis (biasanya memang tidak habis), sisanya dibawa pulang, dibungkus dengan daun jati atau daun pisang sebagai berekat.

BACA JUGA: Makna 10 Peribahasa Orang Betawi, dari 'Ente Jual Ane Beli' Hingga 'Anget-Anget Tai Ayam'

"Di Betawi tempo dulu acara maulid juga menjadi ajang silaturahim. Oleh karena itu, dalam satu kampung atau wilayah sering dilakukan penduduk," tulis Abdul Chaer.

Perayaan Maulid Nabi Pertama Kali

Orang Betawi tempo dulu, kata Abdul Chaer, adalah orang yang sangat kental dengan agama Islam. Oleh karena itu, banyak upacara atau acara yang dilakukan yang berkaitan dengan peristiwa-peritiwa keagamaan, salah satunya adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali dilakukan oleh Sultan Salahudin Al-Ayubi untuk memompa semangat juang kaum muslimin dalam perang menghadapi tentara salib yang datang dari seluruh Eropa.

BACA JUGA: Mengapa Upacara Tujuh Bulanan Orang Betawi Harus Baca Surat Yusuf?

Dalam acara itu, dikisahkan kembali sejarah perjuangan Nabi dalam menyebarkan agama. Hasilnya memang luarbiasa karena kaum muslimin di bawah pimpinan Sultan Salahudin berhasil memasuki kota Yerussalem, yang sebelumnya dikuasai oleh tentara kristen Eropa.

Karena pada zaman nabi belum ada atau tidak ada acara maulid ini, maka orang berpendapat bahwa membuat acara maulid itu adalah Bid'ah.

"Namun, banyak pula yang berpendapat Bid'ah Hasanah (bid'ah yang baik) karena tujuannya baik, yaitu mengingatkan kembali umat kepada nabinya," terang Abdul Chaer.

BACA JUGA: Mitos Orang Betawi, antara Mata Kedutan dan Bunyi Tokek