Kisah Maulana Malik Ibrahim Sholat Minta Hujan: Hujannya Turun, Warga Menuduhnya Sebagai Sihir
MAGENTA -- Dalam pandangan Islam hujan merupakan rahmat Allah SWT. Air hujan yang diturunkan Allah SWT ke bumi dapat menyuburkan tumbuh-tumbuhan yang bermanfaat bagi kehidupan manusia. Saking pentingnya air hujan untuk kehidupan, umat Islam akan melaksanakan Sholat Istisqa saat terjadi musim kemarau panjang untuk menghijaukan kembali lahan yang gersang.
Para ulama Fiqh mendefinisikan Sholat Istisqa sebagai sholat sunah muakkadah yang dikerjakan untuk memohon kepada Allah SWT agar menurunkan air hujan. Sholat Istisqa bagian dari ikhtiar batin sekaligus bentuk penghambaan umat Islam kepada Allah SWT, memohon agar Allah menurunkan hujan yang lebat merata, mengairi, menyuburkan, bermanfaat tanpa mencelakakan, segera tanpa ditunda.
Dinukil dari buku Wali Songo: Hidup dan Perjuangannya oleh Ust Maftuh Ahnan dan Mohammad Abduh, Maulana Malik Ibrahim pernah melaksanakan sholat minta hujan saat melintasi sebuah kampung yang sudah sejak lama tidak diturunkan hujan. Berikut kisahnya:
BACA JUGA: Doa Agar Utang Segera Lunas
Maulana Malik Ibrahim merupakan wali senior di antara para Wali Songo lainnya. Meski bukan orang Islam pertama yang datang ke Jawa, Maulana Malik Ibrahim boleh dikata sebagai pelopor penyebar Islam di tanah Jawa.
Maulana Malik Ibrahim yang juga juga dikenal dengan sebutan Syekh Maghribi tiba di Desa Leran, Gresik, Jawa Timur pada 1404 Masehi. Asal-usul Maulana Malik Ibrahim ada yang bilang berasal dari Arab. Tapi, juga ada yang berkata dia berasal dari Gujarat, India.
Maulana Malik Ibrahim berdakwah melalui perdagangan dan pendidikan pesantren. Pada awalnya, ia berdagang di tempat terbuka dekat pelabuhan agar masyarakat tidak kaget dengan ajaran baru yang dibawanya.
BACA JUGA: Kisah Nabi Musa AS Menampar Malaikat yang Ingin Mencabut Nyawanya
Selain itu, Maulana Malik Ibrahim yang juga dikenal sebagai Sunan Gresik juga mengajarkan cara bercocok tanam kepada masyarakat kelas bawah yang selama ini dipandang sebelah mata oleh ajaran Hindu. Karena strategi dakwah inilah, ajaran agama Islam secara berangsur-angsur diterima oleh masyarakat setempat.
Pada suatu hari, Maulana Malik Ibrahim dan muridnya berkeliling kampung untuk melihat dari dekat keadaan penduduk sekitar pesantren. Saat tiba di pinggir lapangan, Maulana Malik Ibrahim terkejut menyaksikan dua orang pemuda yang saling memukul.
"Kedua pemuda itu, dengan dikelilingi penduduk setempat terus saja saling memukul, hingga akhirnya pingsanlah keduanya," tulis Ust Maftuh Ahnan dan Mohammad Abduh dalam bukunya yang diterbitkan CV Anugerah, Surabaya 1993.
BACA JUGA: Kisah Nabi Adam Minta Buah-buahan dari Surga Menjelang Kematiannya
Setelah kedua pemuda itu disingkirkan dari arena perkelahian, tiba-tiba seorang ketua adat dengan angkuhnya maju di tengah kerumunan penduduk. Tangan kanannya mengacungkan sebilah keris dan mulutnya komat-kamit membaca mantra.
Setelah diselidiki, rupanya sang ketua adat itu hendak membunuh seorang gadis remaja sebagai persembahan kepada dewa hujan.
"Hentikan .....!" kata Maulana Malik Ibrahim melerai.
Agaknya mereka tidak mendengarkan kata yang diucapkan Maulana Malik Ibrahim. Bahkan para penduduk semakin kuat memegangi sang gadis yang hendak mereka korbankan. Gadis itu pun meronta dan menjerit ketakutan.
"Apa yang kisanak kehendaki dengan mempersembahkan gadis yang tak berdosa ini?" suara Maulana Malik Ibrahim kembali terdengar.
BACA JUGA: Kisah Nabi Luth Tawarkan Tiga Putrinya Agar Tamunya tak Dimangsa Kaum Sodom
Mereka pun menoleh ke arah Maulana Malik Ibrahim.
"Kami mengharapkan hujan," serentak mereka menjawab.
"Untuk itukah kisanak hendak mengorbankan gadis sebagai persembahan?" kata Maulana Malik Ibrahim.
Merasa dihalangi maksudnya, ketua adat marah dan memerintahkan kedua orang kepercayaannya untuk mengusir Maulana Malik Ibrahim. Kedua suruhan itu bangkit hendak menendang Maulana Malik Ibrahim.
BACA JUGA: Kisah Sunan Giri Menikah Dua Kali dalam Sehari dan Karomah Lainnya
Tapi yang terjadi, sungguh di luar dugaan. Kedua orang itu berdiri kaku bagaikan patung.
Menyaksikan peristiwa itu, mereka mulai memperhatikan ucapan Maulana Malik Ibrahim. Mereka memang sangat mengharapkan hujan.
"Lepaskan dulu gadis itu, dan setelahnya baru kami akan memohon hujan kepada Allah," pinta Maulana Malik Ibrahim.
Singkat cerita Maulana Malik Ibrahim dan muridnya melakukan sholat istisqa (sholat minta hujan). Selang beberapa waktu, hujan turun dengan derasnya.
Para penduduk yang hadir bersorak kegirangan. Hanya ketua adat dan kedua orang suruhannya yang nampak tercengang.
BACA JUGA: Kisah Tukang Sapu Sunan Ampel: Konon Wafat dan Hidup Lagi Hingga Sembilan Kali
"Sihir..... jangan Anda percaya.....semua ini adalah sihir....." kata ketua adat kepada para penduduk.
Tak ada penduduk yang memperhatikan ucapan ketua adat. Mereka sudah tertarik terhadap Maulana Malik Ibrahim. Dan mereka mulai belajar Islam dari Maulana Malik Ibrahim.
BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat