Undip Teken MoU dengan Kemenko PMK Guna Tangani Kemiskinan Ekstrem
MAGENTA -- Universitas Diponegoro (Undip) menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) soal kerja sama Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Undip Tembalang, Selasa (26/9/2023).
Mewakili Rektor Undip, Wakil Rektor I bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof Faisal dalam sambutannya mengatakan bahwa Undip sejauh ini sudah melakukan berbagai kegiatan dalam upaya untuk penanganan kemiskinan.
"Kita melakukan pemberdayaan guru PAUD yang nantinya akan menghasilkan SDM yang baik. Kemudian kita sudah menyiapkan 1.400 pack makanan bergizi gratis untuk mahasiswa yang diberikan pada hari Senin sampai dengan Kamis. Serta sudah memberikan beasiswa kepada anak-anak nelayan yang kurang mampu di sekitar pantura untuk kuliah di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK),” jelas Prof Faisal dikutip dari undip.ac.id, Jumat (29/9/2023).
BACA JUGA: Pemkot Cilegon Targetkan 1.269 Orang Terima Beasiswa Full Sarjana Tahun Ini
Prof Faisal berharap dengan adanya kolaborasi antara Undip dengan Kemenko PMK dapat mengoptimalkan upaya dari Undip dan Pemerintah dalam penanganan kemiskinan ekstrem yang ada di Indonesia.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Kemenko PMK. Undip turut serta berkontribusi dalam program penanggulangan kemiskinan ekstrem 2024. Sumber yang ada di Undip bisa dioptimalkan dan kita bisa saling berkolaborasi,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Kemenko PMK Andie Megantara menyampaikan apresiasi atas upaya dari Undip dalam penanganan kemiskinan.
BACA JUGA: Pemain Bali United Yabes Roni Raih Gelar Magister Olahraga di UNY
“Universitas Diponegoro punya inovasi untuk mengurangi kemiskinan ekstrem, dan bisa menjadi pusat dalam penanganan kemiskinan ekstrem,” ucap Andie.
Andie menjelaskan presentase angka kemiskinan ekstrem sudah menurun dan membaik setiap tahunnya. Namun, untuk semakin memperkuat penanganan kemiskinan ekstrem perlu keterlibatan aktif kampus dan civitas akademika kampus.
“Upaya penurunan presentase kemiskinan sudah dilakukan, namun selama ini ada puzzle yang terlepas, yaitu keterlibatan peran aktif kampus. Kampus punya banyak resource. Kita terus menggandeng banyak kampus untuk membantu menghapus kemiskinan ekstrem,” ujarnya.
BACA JUGA: Mengenal Pramaditya Wicaksono, Guru Besar Termuda UGM di Usia 35 Tahun
Bahwa kemiskinan, sambung Andie, bukan hanya permasalahan ekonomi. Tetapi multidimensional melibatkan aspek sosiologis, aspek kultur, dan aspek mindset dari masyarakat.
Karenanya, Andie meminta kampus memiliki kontribusi lebih besar terutama dengan resource akademik yang ada dapat membantu mencarikan solusi untuk penanganan kemiskinan.
“Semestinya jika kampus seluruh Indonesia berkontribusi maka penanganan kemiskinan dapat menjadi luar biasa. Kampus punya banyak resource melimpah. Kalau ada program setiap kampus yang membantu penanganan kemiskinan di wilayah sekitar kampus. Membangun mindset malu dianggap miskin, para civitas akademika juga bisa melakukan riset masalah-masalah kemiskinan, dan melalui program KKN serta program kampus merdeka,” pungkas Andie.
BACA JUGA: Daftar Pemenang Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Bidang Maritim Unhas 2023