News

PM Skotlandia Tawarkan Perlindungan pada Pengungsi Gaza

Menteri Pertama Skotlandia Humza Yousaf pada 27 Maret 2023. Foto: EPA-EFE/ROBERT PERRY

MAGENTA -- Menteri Pertama Skotlandia Humza Yousaf mengumumkan rencana untuk menawarkan perlindungan kepada rakyat Gaza dalam pidatonya di konferensi tahunan partainya, Selasa (19/10/2023).

Serangan sengit dan tanpa pandang bulu Israel telah membunuh lebih dari 3.450 orang dan melukai 12 ribu orang di wilayah Palestina yang terkepung. Yousaf mengatakan sedapat mungkin, anak-anak, perempuan dan laki-laki yang terluka harus dirawat.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Saat ini ada satu juta orang yang mengungsi di Gaza. Oleh karena itu, saya menyerukan hari ini kepada komunitas internasional untuk berkomitmen pada program pengungsi di seluruh dunia,” katanya, dilansir di The New Arab, Rabu (18/10/2023).

BACA JUGA: Bacaan Doa Qunut Nazilah untuk Doakan Muslim Palestina Berjuang Lawan Serangan Israel

Yousaf juga mendesak Inggris mengambil langkah-langkah mendesak guna memastikan skema pemukiman kembali bagi warga Palestina yang melarikan diri dari Gaza. "Skotlandia bersedia menjadi negara pertama di Inggris yang menawarkan keamanan dan perlindungan bagi mereka yang terjebak dalam bencana mengerikan ini," katanya.

Yousaf mencatat Skotlandia telah lama menjadi rumah bagi para pencari suaka dari berbagai negara, termasuk Suriah dan Ukraina. Lima kerabat istri Yousaf, Nadia El-Nakla, dilaporkan terluka dalam pengeboman tanpa henti yang dilakukan Israel terhadap daerah kantong yang terkepung. Setidaknya 1.000 dari mereka yang terbunuh adalah anak-anak.

Orang tua istrinya, Elizabeth dan Maged El-Nakla, yang tinggal di Dundee melakukan perjalanan ke Gaza sesaat sebelum perang untuk mengunjungi putra dan empat cucu mereka serta ibu Maged yang berusia 92 tahun yang sedang sakit.

BACA JUGA: Doakan Keselamatan Muslim Palestina dengan Sholat Hajat, Ini Niat dan Doa Sholat Hajat

Pasangan itu tidak dapat meninggalkan Gaza sejak saat itu. Istri Yousuf, Nadia El-Nakla, mengatakan kepada BBC bahwa orang tuanya terus-menerus mengatakan bahwa mereka merasa seperti akan mati.