History

Cerita AR Fachruddin Nasihati Jamaah Haji yang BAB di Wastafel

K.H. Abdur Rozak Fachruddin atau akrab disapa Pak AR bukan ulama biasa. Foto: Dok. Muhammadiyah

MAGENTA -- Kuota haji Indonesia tahun 2024 menjadi yang terbanyak sepanjang sejarah penyelenggaraan ibadah haji Indonesia. Totalnya mencapai 241 ribu kuota haji. Ini terdiri dari 213.320 jamaah haji reguler dan 27.680 jamaah haji khusus.

Tentunya, saban tahun selalu ada cerita menarik dari jamaah haji Indonesia ketika sudah tiba di Tanah Air, seperti yang terjadi pada 1964.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sebelum membaca cerita ini, kamu yang belum mengenal Pak AR Fachruddin harus berkenalan dahulu dengan beliau. Nama lengkapnya Abdur Rozak Fachruddin.

BACA JUGA: On This Day: 8 Juni 632 Nabi Muhammad SAW Wafat, Umar Bin Khattab Sempat tak Percaya

Lelaki kelahiran Yogyakarta, 14 Februari 1916 ini adalah seorang mubaligh. K.H. Abdur Rozak Fachruddin atau akrab disapa Pak AR bukan ulama biasa.

Cara dakwahnya yang luwes dan merangkul membuatnya dekat dengan semua golongan. Baginya, tidak semua permasalahan umat harus dijawab dengan dalil yang disertai ayat dan tafsir.

Suami dari Siti Qomariyah itu seringkali menjawab permasalahan umat dengan bahasan yang ringan. Dan, tak jarang solusi permasalahan umat ditemukan dalam obrolan ringan di warung makan atau guyonan di sela rapat organisasi.

BACA JUGA: Ibadah Haji: Dalil, Pengertian, Hukum, Waktu Mengerjakan, Rukun, dan Syaratnya

Dai yang sejuk dan penuh humor dalam berceramah ini pernah menjadi orang nomor satu di Muhammadiyah. Pak AR adalah ketua umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah terlama sepanjang sejarah, yaitu 22 tahun.

Ia menjabat sejak 1968-1990. Pak AR wafat di RSI Jakarta pada 17 Maret 1995 dan dimakamkan di Karangkajen, Yogyakarta.

Kisah tentang jamaah haji Indonesia yang buang air besar (BAB) di wastafel ini dinukil dari buku Pak A.R. & Jejak-Jejak Bijaknya oleh Haidar Musyafa yang diterbitkan oleh Penerbit Imania, April 2020.

Ceritanya begini.

Pada 1964, Pak AR berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Ia berangkat dalam kapasitas sebagai Majelis Perjalanan Haji mewakili Muhammadiyah.

Meski baru kali pertama ke Makkah, Pak AR dipercaya menjadi ketua rombongan yang memimpin jamaah dari Jawa Timur dan Madura. Saat itu, perjalanan haji hanya bisa ditempuh melalui jalur laut.

Rombongan jamaah haji Pak AR menggunakan Kapal Motor (KM) Tamrin yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Saat KM Tamrin berlayar mengarungi Laut Jawa, salah seorang awak kapal bagian kebersihan datang menemui Pak AR.

"Pak, saya mohon bapak bersedia memberitahukan kepada jamaah agar mereka bersedia menjaga kebersihan selama dalam perjalanan," kata awak kapal itu dengan bersungut-sungut.

Pak AR tersenyum sebelum menjawab, "Baik. Nanti akan saya sampaikan."

"Mereka itu jorok sekali, Pak," kata awak kapal mengadu.

Belum juga Pak AR menjawab. Awak kapal nyerocos lagi.

"Saya tidak habis pikir dengan tindakan mereka yang berak di wastafel. Saat saya tanya, mereka tidak ada yang mau mengaku," katanya.

BACA JUGA: Bacaan Surat Yasin Full Ayat 1-83 Arab, Latin, dan Terjemahan

Sontak saja laporan awak kapal itu membuat Pak AR terkejut. Belum sempat Pak AR memberi tanggapan, lagi-lagi si awak kapal sudah mengoceh.

"Jika seperti ini terus, saya dan teman-teman bagian kebersihan kerepotan. Tiap hari kami harus membersihkan kotoran manusia di tempat yang seharusnya untuk mencuci tangan dan muka," katanya.

Mendengar itu, Pak AR paham apa yang dirasakan awak kapal. "Baik. Nanti akan saya ingatkan mereka. Mohon saudara bersabar karena banyak di antara mereka yang berasal dari desa sehingga tidak tahu kalau wastafel itu tempat untuk mencuci tangan," jawab Pak AR.

Setelah mengucapkan terima kasih, awak kapal itu pergi meninggalkan Pak AR. Tak lama kemudian waktu sholat tiba, Pak AR mengajak calon jamaah haji sholat berjamaah disambung dengan kuliah tujuh menit alias kultum. Kultum kali ini Pak AR mengambil tema soal kebersihan dalam Islam.

BACA JUGA: Khasiat Jeruk Nipis untuk Menghilangkan Jerawat, Bau Badan, dan Mengobati Amandel

Dengan lembut dan santun, sesekali dibumbui humor, Pak AR menjelaskan kebersihan merupakan sebagian dari iman. Oleh karena itu, seorang yang mengaku beriman kepada Gusti Allah dan rasul-Nya harus menjaga kebersihan, baik kebersihan tubuh, pakaian, tempat tinggal, lingkungan, dan lain sebagainya.

Jika ingin imannya baik, kata Pak AR, maka tidak boleh membuang sampah dan kotoran sembarangan. Jika BAB atau berak harus dilakukan di tempat yang disediakan.

 

Apalagi hendak berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji, maka imannya juga harus selalu ditingkatkan. Hati juga harus dibersihkan dari persangkaan buruk kepada siapa pun.

"Jadi, orang yang mengaku beriman itu harus bisa menjaga kebersihannya. Salah satunya dia tidak boleh berak sembarangan. Hajat itu harus ditunaikan di tempat yang tepat, di tempat yang sudah disediakan," ujar Pak AR kepada jamaah.

Mendengar ceramah Pak AR yang disampaikan dengan sejuk, jamaah mengangguk-angguk mendengar. Selesai ceramah, Pak AR memberi kesempatan kepada jamaah untuk bertanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan masalah kebersihan.

Jamaah juga juga diperkenankan menyampaikan usulan-usulan agar selama perjalanan ke Tanah Suci kapal tetap bersih. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh jamaah.

Banyak di antara mereka yang menyampaikan usulan dan bertanya kepada Pak AR. Saat pak AR hendak mengakhiri kultum, tiba-tiba ada seorang jamaah mengangkat tangan, meminta izin menyampaikan usulan.

"Pak AR. Jika saya boleh mengusulkan, mbok ya tempat untuk berak itu posisinya diturunkan agar tidak terlalu tinggi. Jika posisinya terlalu tinggi, itu membuat saya merasa susah jika akan berak," usul seorang jamaah.

BACA JUGA: Niat Sholat Subuh Sendiri dan Berjamaah, Lengkap dengan Doa Qunut dan Tata Cara

Mendengar usulan itu, tahulah Pak AR orang itulah yang selama ini BAB di wastafel. Orang itu kemudian ditanya berasal dari mana, menginap di kamar berapa, dan lain sebagainya.

Selesai kultum, Pak AR mendatangi orang yang bertanya tadi di kamarnya. Kemudian Pak AR memberi tahu orang tersebut jika tempat yang ditaruh agak tinggi itu namanya wastafel.

Itu bukan untuk berak, tetapi untuk mencuci tangan dan muka. Tempat BAB dan buang air ada sendiri, kata Pak AR sambil menunjukkan tempatnya.

Jamaah itu pun berulang kali meminta maaf karena sudah berak di wastafel. Dia berjanji tidak akan mengulanginya dan berulang-ulang mengucapkan terima kasih kepada Pak AR karena sudah memberinya nasihat dengan tidak mempermalukannya di depan umum.

Pak AR memilih mendatangi jamaah itu secara pribadi dan menasihatinya di ruangan pribadi, tidak menegurnya di depan umum, karena hal itu akan mempermalukan jamaah di hadapan jamaah lainnya.

Sejak saat itu, tidak ada lagi yang berak di wastafel. Awak kapal bagian kebersihan kembali menemui Pak AR.

"Terima kasih Pak AR. Setelah Bapak memberi nasihat kepada jamaah, sekarang tidak ada lagi yang berak di wastafel," kata awak kapal sembari melempar senyum. (MHD)