Keren! Anak Guru Ngaji Ini Lulus Doktor di UGM dengan IPK 4
MAGENTA -- Prestasi gemilang telah diraih oleh Mukhamad Ngainul Malawani. Lelaki berusia 31 tahun ini berhasil meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi 4,00 di Universitas Gadjah Mada (UGM).
Ngainul, demikian ia akrab disapa, menjadi salah satu di antara 836 lulusan program pascasarjana UGM yang diwisuda di Grha Sabha Pramana, Rabu (24/1/2024). Selain meraih IPK yang cemerlang, Ngainul juga dinobatkan sebagai wisudawan dengan predikat lulusan tercepat.
Anak guru ngaji ini berhasil meraih doktor dalam waktu 2 tahun 8 bulan 17 hari. Padahal, masa studi rata-rata jenjang program S3 adalah 4 tahun 9 bulan. Hebatnya lagi, Ia juga mampu menyelesaikan pendidikan doktor di dua kampus yang berbeda, yakni di Prodi S3 Ilmu Geografi UGM dan pendidikan doktor di University of Paris 1 Pantheon-Sorbonne.
BACA JUGA: Mengenal Pramaditya Wicaksono, Guru Besar Termuda UGM di Usia 35 Tahun
"Sebenarnya saya ambil kuliah di dua tempat. Di UGM terdaftar Januari 2021. Di Perancis compulsory course telah selesai pada tahun pertama, jadi tinggal melanjutkan riset. Karena tahun 2021 juga masih suasana pandemi, kuliah di UGM pun semua dijalankan online tanpa harus saya pulang ke Indonesia," kata Ngainul dikutip dari laman resmi UGM, Jumat (26/1/2024).
Ngainul lahir dan besar di Palbapang, Bantul, Yogyakarta. Ayah dan Ibunya menjadi guru mengaji di kampungnya. Selain itu, keluarganya juga ikut beternak dan bertani. “Kedua orang tua saya guru ngaji di kampung. Ada surau kecil di samping rumah. Banyak anak-anak yang belajar di tempat kami ketika sore dan malam hari,” kenangnya.
Ngainul bersyukur berkat bimbingan dan doa dari kedua orang tualah,dirinya bisa menyelesaikan pendidikan S3 sekarang ini. Disamping itu, Ngainul juga mengaku dukuprogram pascasarjana UGMngan keluarga kecilnya juga selalu memberi dukungan padanya meski istri dan anaknya tidak bisa mendampingi dirinya selama studi di Perancis.
BACA JUGA: Mengenal Farrel, Mahasiswa Penyandang Disabilitas Netra UGM Lulus Cumlaude
“Saya berkeluarga sejak 2017. Anak pertama lahir 2019, sebulan sebelum saya berangkat ke Prancis. Keluarga saya tidak ikut saya selama studi, kecuali saat ujian pendadaran saja mereka hadir ke Perancis,” katanya.
Ngainul lulus S1 Geografi Lingkungan UGM tahun 2014. Selanjutnya ia melanjutkan pendidikan S2 Magister Geografi UGM Lulus 2017. Kemudian, karena diterima menjadi tenaga pendidik di UGM, ia pun melanjutkan studi di Prancis November 2019.
“Di sana saya mengambil program join supervision, agar dapat dibimbing oleh supervisor dari Prancis dan Indonesia,” kata Ngainul yang bekerja sebagai tenaga pengajar di Fakultas Geografi UGM sejak tahun 2018.
BACA JUGA: UGM Jadi Kampus Teratas Tujuan Penerima Beasiswa LPDP 2024 untuk Program Double/Joint Degree
Ngainul mengaku menjalankan kuliah di dua kampus yang berbeda dalam waktu yang bersamaan sempat mengalami kesulitan saat awal perkuliahan. Namun, berkat bimbingan dari dua mentornya, ia bisa menyelesaikan pendidikan S3 dengan tepat waktu.
“Berkat supervisi Prof. Franck Lavigne dan Dr. Danang Sri Hadmoko, riset saya cepat selesai. Selain dukungan akademis, para supervisor juga memberikan dukungan finansial riset karena penelitian dilakukan di Lombok,” tuturnya.
BACA JUGA: Pakar UGM Paparkan Siklon Tropis Anggrek dan Cara Mitigasinya