News

Pakar UGM Paparkan Siklon Tropis Anggrek dan Cara Mitigasinya

Pakar iklim dan lingkungan UGM Emilya Nurjani. Foto: ugm.ac.id

MAGENTA -- Badan Meterologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengidentifikasi akan terjadi Siklon Anggrek yang berpotensi menimbulkan hujan lebat, petir, dan angin kencang pada 16-22 Januari 2024 di sejumlah wilayah Indonesia.

Pakar iklim dan lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Emilya Nurjani menjelaskan, Siklon Tropis Anggrek merupakan Siklon Tropis yang tumbuh di lokasi 98 S pada Senin (16/1/2024).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pada Kamis (18/1/2024) Siklon Anggrek berlokasi di sekitar koordinat 10,1 lintang selatan dan 94,2 bujur timur, sekitar 1.130 KM barat daya Bengkulu dengan kecepatan sekitar 17 knot ke arah barat daya. Siklon tropis biasanya berkembang dari kondisi depresi tropis menjadi badai tropis dan akhirnya berubah menjadi siklon tropis.

BACA JUGA: Bacaan Dzikir Setelah Subuh Sebagai Pembuka Rezeki Melimpah

"Silkon tropis merupakan sistem global yang tidak bisa dihindari. Oleh sebab itu, perlu dilakukan upaya mitigasi akibat atau dampak yang ditimbulkan,” Emilya dikutip dari laman resmi UGM, Sabtu (20/1/2024).

Wilayah terdampak langsung siklon tropis yang meningkat curah hujannya antara lain pulau Sumatera pesisir barat bagian selatan serta sebagian pulau Jawa bagian barat. Adapun perairan yang naik gelombangnya di perairan selatan dan barat Sumatera serta perairan selatan pulau Jawa.

Saat musim penghujan, kata Emilya, curah hujan yang tinggi tidak hanya disebabkan oleh siklon tropis. Kendati begitu, tingginya curah hujan juga disebabkan oleh monsun Asia dan pergerakan inter tropical convergen zone yang dapat menyebabkan tumbuhnya awan-awan konvergen di wilayah Indonesia sekita bulan Januari- Februari.

BACA JUGA: UGM Jadi Kampus Teratas Tujuan Penerima Beasiswa LPDP 2024 untuk Program Double/Joint Degree

“Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir dan longsor, sehingga mitigasi bencana banjir dan longsor menjadi fokus utama kita,” tegasnya.

Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana banjir dan longsor akibat tingginya curah hujan adalah melakukan pembersihan drainase dari sampah-sampah. Lalu, memperdalam kedalaman sungai agar mampu menampung volume air/debit air hujan yang masuk.

Selain itu juga membersihkan sumur resapan atau biopori agar mampu menyimpan air hujan dengan maksimal. Tidak kalah penting juga menebang pohon-pohon yang sudah tua dan tinggi untuk mengurangi dampak pohon tumbang jika ada angin kencang dan ada peringatan bagi nelayan untuk tidak ke laut.

BACA JUGA: UGM Jadi Kampus Pertama Penyelenggara Pelatihan Remote Pilot Drone Tersertifikasi

Emilya memaparkan wilayah potensi pembentukan siklon berada di antara 30 derajat lintang utara hingga 30 derajat lintang selatan. Adapun wilayah sekitar ekuator yang lintangnya nol merupakan wilayah yang bebas dari pembentukan siklon karena efek coriolisnya 0.

“Wilayah laut Indonesia suhu muka berkisar 26,5 derajat celcius, sehingga potensi terbentuknya siklon tidak sebesar wilayah perairan Australia, Pilipina dan Jepang serta samudra Hindia barat Asia,” tuturnya.

Usia siklon, lanjut Emilya, berkisar antara 5-14 hari dan akan semakin kecil dampaknya jika mencapai daratan. Hal tersebut terjadi karena gaya gesekan dengan daratan menyebabkan pelemahan angin dan uap air di daratan yang lebih sedikit. Sebagian besar siklon tropis terbentuk di perairan.

BACA JUGA: Tanoto Sahabat UGM Beri Beasiswa Rp 15 Juta untuk Mahasiswa S2, Ini Syaratnya