History

Lagu 'Halo-Halo Bandung' Diubah Jadi 'Hello Kuala Lumpur', Baca Nih Sejarah Bandung Lautan Api!

Lagu Hello Kuala Lumpur viral di jagat maya. Foto: medsos

MAGENTA -- Jagat maya dihebohkan oleh beredarnya video klip lagu anak-anak berjudul "Hello Kuala Lumpur". Dalam lagu itu, melodi dan liriknya mirip dengan lagu "Halo-Halo Bandung" ciptaan Ismail Marzuki.

Kemiripan kedua lagu tersebut sangat jelas terdengar, mulai dari nada, irama, hingga melodinya. Hanya saja, dalam lagu tersebut, kata 'Bandung' diganti menjadi 'Kuala Lumpur'. Kata 'Ibu Kota Periangan' diubah menjadi 'Ibu Kota Keriangan'.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Lagu "Hello Kuala Lumpur" yang diunggah di akun YouTube Lagu Kanak TV pada 30 Juni 2018 itu sudah ditonton lebih dari 154 ribu kali. Sampai akhirnya menuai kritik keras dari warganet Indonesia.

BACA JUGA: On This Day: 26 April 1986 Tragedi Chernobyl, Lokasi Bisa Dihuni Manusia 3.000 Tahun Lagi

Ada sejarahnya Ismail Marzuki menciptakan lagu "Halo-Halo Bandung". Komponis besar Indonesia kelahiran Kwitang, Jakarta, 11 Mei 1914 itu menciptakan lagu tersebut pada 1946, saat Kota Bandung tengah menjadi lautan api. Peristiwa yang terjadi pada 23-24 Maret 1946 dikenal sebagai Bandung Lautan Api.

Dilansir dari laman Diskominfo Kota Bandung, lirik lagu "Halo-Halo Bandung" berasal dari kisah Ismail Marzuki yang sempat mengungsi ke Bandung bersama istrinya, Eulis Zuraidah. Sayangnya, saat Ismail Marzuki menetap di Bandung, terbit ultimatum dari Inggris yang memerintahkan pejuang Indonesia untuk segera meninggalkan kota Bandung.

Sebelum meninggalkan Bandung, para pejuang Indonesia dengan sengaja membakar rumah dan gedung di penjuru wilayah selatan kota Bandung hingga menjadi Bandung Lautan Api. Berikut kisahnya:

BACA JUGA: On This Day: 30 April 1945, Sang Fuhrer Nazi Adolf Hitler Bunuh Diri di Bunker

Saat itu, suasana Kota Bandung mencekam, sebabnya sekitar 200 ribu penduduk Bandung membakar kediaman mereka sendiri. Aksi bumi hangus Kota Bandung dilakukan sebagai taktik pasukan Republik Indonesia karena tidak sebanding dengan kekuatan Sekutu dan NICA (Netherlands Indies Civil Administration).

Djoened Poesponegoro dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia VI (2008) menuliskan peristiwa Bandung Lautan Api diawali dengan datangnya pasukan Sekutu pada 12 Oktober 1945. Pada mulanya niat mereka datang hanya untuk membebaskan tentara Sekutu dari tahanan Jepang.

Namun, NICA membonceng pasukan Sekutu dan ingin menguasai Indonesia lagi. Merasa dibohongi, prajurit dan rakyat Indonesia marah pada saat itu. Penyerangan-penyerangan ke markas NICA dan sekutunya mulai dilakukan.

BACA JUGA: On This Day: 28 April 1945 Benito Mussolini Ditembak Mati, Jenazahnya Digantung dan Diludahi

Pada 27 November 1945, panglima perang Sekutu Kolonel MacDonald memberi ultimatum kepada Gubernur Jawa Barat Datuk Djamin agar rakyat dan tentara Indonesia segera mengosongkan wilayah Bandung Utara. Jika sampai 29 November 1945 pukul 12.00 perintah itu tidak dipenuhi, Sekutu akan bertindak keras.

Ultimatum diberikan karena pada malam 24 November 1945, Tentara Republik Indonesia (TRI) melakukan penyerangan markas–markas Sekutu di Bandung bagian utara, termasuk Hotel Homan dan Hotel Preanger yang menjadi markas besar Sekutu.

Karena perintahnya tidak digubris, pada 17 Maret 1946, Panglima Tertinggi Allied Forces Netherlands East Indies (AFNEI) di Jakarta, Letnan Jenderal Montagu Stopford memperingatkan Soetan Sjahrir selaku Perdana Menteri RI agar militer Indonesia segera meninggalkan Bandung Selatan sampai radius 11 kilometer dari pusat kota.

BACA JUGA: On This Day: 6 Agustus 1945 Tragedi Bom Atom Hiroshima, Amerika Pamer Senjata ke Soviet

Ultimatum itu tak membuat nyali penduduk Bandung dan TRI menjadi ciut. Komandan TRI Kolonel AH Nasution yang menolak tunduk pada penjajah memerintahkan untuk membumihanguskan Kota Bandung dan segera mengungsikan rakyat. Warga Bandung yang hendak meninggalkan rumah diperintahkan membakarnya terlebih dahulu.

Sebenarnya, TRI merencanakan bumi hangus Kota Bandung pada 24 Maret 1945 pukul 24.00 WIB. Namun, pada 23 Maret pukul 20.00 WIB, dinamit pertama telah meledak di Gedung Indische Restaurant. Sudah tanggung menyerang, pasukan TRI tetap meledakkan gedung-gedung dan membakar rumah-rumah warga di Bandung Utara sampai esok harinya. Peristiwa itu kemudian dikenal dengan sebutan Bandung Lautan Api.

Penyerangan itu menewaskan seorang pejuang sekaligus komandan Barisan Rakyat Indonesia (BRI) Mohammad Toha. Usia Toha saat itu masih 19 tahun.

BACA JUGA: On This Day: 28 Juli 1914, Perang Dunia I Meletus Gegara Franz Ferdinand dan Istrinya Dibunuh

Namun, nyalinya untuk meledakkan gudang amunisi milik tentara Sekutu yang berisi 18 ribu ton bahan peledak dan ribuan persenjataan lainnya luar biasa beraninya. Toha gugur di usia muda bersama ledakan tersebut.

Kemudian, pada 26 Maret 1946, istilah Bandung Lautan Api muncul di harian Suara Merdeka yang ditulis wartawan muda saat itu, yaitu Atje Bastaman. Awalnya tulisan itu diberi judul Bandoeng Djadi Laoetan Api. Karena kurangnya ruang untuk tulisan judul, maka judul berita diperpendek menjadi Bandoeng Laoetan Api.

Peristiwa sejarah ini juga menjadi inspirasi pencipta lagu Ismail Marzuki menciptakan "Halo-Halo Bandung".

Lirik Lagu "Halo-Halo Bandung"

Halo-halo Bandung ibu kota periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali. (MHD)

 

BACA JUGA: On This Day: 4 Juni 1989 Pembantaian Tiananmen, Ribuan Orang Diberondong Peluru