Presiden Mesir: Rakyat Gaza Harus Tetap Berada di Tanahnya
MAGENTA -- Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi mengatakan warga Gaza harus tetap tabah dan tetap berada di tanah mereka, Kamis (12/10/2023). Mesir diminta mengizinkan perjalanan yang aman bagi warga sipil yang terjebak di Gaza.
Perbatasan Rafah antara Mesir dan Gaza adalah satu-satunya jalan masuk dan keluar dari wilayah pesisir yang tidak dikendalikan oleh Israel. Israel telah membombardir Jalur Gaza yang dikuasai Hamas sejak Sabtu sebagai pembalasan atas serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel.
Serangan Israel telah membunuh 1.200 orang, sebagian besar warga sipil. Israel tampaknya siap mengirim pasukan darat ke Gaza di mana para pejabat telah melaporkan lebih dari 1.400 kematian.
BACA JUGA: Yahudi Bakar Bendera Israel, Dukungan Dunia atas Aksi Pejuang Palestina Meningkat
"Mesir berkomitmen untuk memastikan pengiriman bantuan, baik medis maupun kemanusiaan di masa sulit ini," kata Sisi, dilansir Al Arabiya, Kamis.
Sisi menegaskan posisi Mesir untuk memastikan hak-hak sah warga Palestina. Namun, dia menekankan, dalam pidatonya di sebuah upacara militer, bahwa warga Gaza harus tetap tabah dan tetap berada di tanah mereka.
Gaza, daerah kantong kecil di pesisir pantai yang dihuni 2,4 juta orang tersebut sudah diblokade Isarel sejak 2007. Gaza kini dikepung oleh Israel yang telah memutus pasokan air, makanan, dan listrik.
BACA JUGA: Pejuang Palestina Rebut Wilayahnya dari Israel, KNRP Siapkan Bantuan Kemanusiaan untuk Gaza
Serangan udara dan artileri Israel yang tiada henti selama enam hari telah menghancurkan seluruh distrik. Mesir, yang secara historis merupakan perantara utama antara Hamas dan Israel, telah meminta para donor untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan menuju Gaza ke bandara El Arish. Namun, Mesir menolak seruan untuk mengizinkan warga Palestina yang melarikan diri ke wilayahnya.
Dalam beberapa hari terakhir, media yang terkait dengan pemerintah telah mengutip peringatan sumber-sumber keamanan tingkat tinggi terhadap eksodus massal warga Palestina. Warga Palestina dipaksa untuk memilih antara mati akibat pengeboman Israel atau diusir dari tanah mereka.
Mesir telah mendorong solusi diplomatik dan meminta kedua belah pihak menahan diri, sementara Sisi menegaskan keamanan nasional negaranya adalah tanggung jawab utamanya.
BACA JUGA: Amalan Sunnah di Hari Jumat Agar Mendapat Berkah dari Allah SWT
"Mesir telah menampung sembilan juta tamu, begitu saya menyebutnya, dari banyak negara yang datang ke Mesir demi keamanan dan keselamatan," katanya.
Namun kasus warga Gaza berbeda, katanya, karena perpindahan mereka berarti penghapusan perjuangan (Palestina). Mesir adalah negara Arab pertama yang menormalisasi hubungan dengan Israel pada 1979, setelah perang enam tahun yang berakhir pada 1973. Mesir mendapatkan kembali Semenanjung Sinai dari kendali Israel pada tahun tersebut.