News

Leni Sophia Jadi Guru Besar Wanita Pertama di Indonesia Bidang Geodesi Fisis

Leni Sophia Heliani dikukuhkan sebagai Guru Besar Bidang Geodesi Fisis pada Fakultas Teknik UGM, Selasa (16/1/2024). Foto: laman resmi UGM

MAGENTA -- Universitas Gadjah Mada (UGM) mengukuhkan Prof. Leni Sophia Heliani sebagai Guru Besar Bidang Geodesi Fisis pada Fakultas Teknik UGM, Selasa (16/1/2024) di Balai Senat UGM. Ia menjadi guru besar wanita pertama dalam bidang Geodesi Fisis di UGM dan Indonesia. Selain Leni, guru besar di bidang ini di Indonesia baru ada Prof Joenil Kahar dari ITB.

Tidak hanya itu, wanita kelahiran Garut 53 tahun silam ini juga menjadi guru besar Geodesi kedua di UGM. Sebelumnya Prof Trias Aditya Kurniawan Muhammad dikukuhkan sebagai guru besar Geodesi pertama di UGM pada 17 Januari 2023 lalu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Capaian Guru Besar di Departemen Teknik Geodesi Fakultas Teknik pada dasarnya adalah ketentuan Allah SWT dan atas dukungan dan pertolongan berbagai pihak yang sangat baik dan mulia,” tutur Leni dikutip dari laman resmi IUGM, Selasa (16/1/2024).

BACA JUGA: Empat Kapal Perang Asing Kibarkan Merah Putih di Laut Mediterania

Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul Geodesi Fisis Dalam Optimalisasi Penyediaan Informasi Geospasial Dasar Sebagai Referensi Pembangunan Berkelanjutan, Leni menjelaskan geodesi fisis merupakan bidang ilmu yang fokus untuk merepresentasikan bentuk dan ukuran bumi fisis dan variasinya seiring dengan waktu berdasarkan pada data gayaberat/praktisnya gravitasi.

Sementara, penentuan geoid merupakan salah satu kajian utama dalam bidang ilmu geodesi fisis selain juga mempelajari dinamika bumi berdasarkan data gaya berat. Geoid sebagai bidang geopotensial merepresentasikan distribusi massa bumi sehingga dapat digunakan sebagai bidang referensi tinggi yang ideal dan nyata.

Dengan berbagai tantangan dari kondisi geografis, geologis, luas wilayah, ketersediaan, pengadaan dan pengelolaan serta pengembangan metode-teknologi pendefinisian geoid, Leni menekankan perlunya inovasi, integrasi dan kolaborasi dari semua pengampu kepentingan dalam mengembangkan geoid Indonesia.

BACA JUGA: Ini Daftar Gaji dan Tunjangan TNI, dari Prajurit Hingga Jenderal

Pengembangan geoid yang dimaksud adalah yang teliti, seamlees, konsisten, dan terkini sesuai kondisi geodinamika Indonesia serta mengimplementasikannya sebagai sistem dan kerangka referensi vertikal survei dan pemetaan nasional.

Dengan mendefinisikan geoid nasional teliti, kata Leni, maka banyak permasalahan konseptual dan praktis lapangan yang bisa diselesaikan sekaligus mengoptimalkan dan meunifikasi atau mengkonsistenkan semua hasil pengukuran 3D dari berbagai metode pengukuran baik terestris maupun ekstraterestris.

Lalu, melalui upaya mendefinisikan geoid seamless antara darat dan laut, pekerjaan survei dan pemetaan serta pembangunan di wilayah pesisir yang sangat dinamik bisa terintegrasi antara darat dan laut.

“Ilmu geodesi fisis sebagai bidang pokok keilmuannya perlu senantiasa dikuatkan dan dikembangkan dalam bidang Teknik Geodesi-Geomatika,” tutup Leni.

BACA JUGA: HUT ke-78 TNI: Ranking Kekuatan Militer Dunia, Malaysia Peringkat 42, Indonesia Urutan Berapa?