Khazanah

Ajaran Toleransi Antarumat Beragama dalam Surat Al Kafirun

 Gadis-gadis Afghanistan membaca ayat-ayat Alquran di sebuah masjid pada bulan puasa Ramadhan, di Kandahar, Afghanistan, Selasa (28/3/2023). Foto: EPA-EFE/STRINGER
Gadis-gadis Afghanistan membaca ayat-ayat Alquran di sebuah masjid pada bulan puasa Ramadhan, di Kandahar, Afghanistan, Selasa (28/3/2023). Foto: EPA-EFE/STRINGER

MAGENTA -- Surat Al Kafirun merupakan surah ke 109 dalam Alquran. Surat Al Kafirun disebut surat Makkiyah, artinya diturunkan di Makkah. Surat ini terdiri atas enam ayat.

Surat Al Kafirun mengandung petunjuk Allah SWT mengenai toleransi antarumat beragama. Ini tertuang dalam tafsir Kemenag pada ayat keenam, yakni tidak ada tukar-menukar dengan pengikut agama lain dalam hal peribadahan kepada Tuhan. Wahai orang kafir, untukmu agamamu, yakni kemusyrikan yang kamu yakini, dan untukku agamaku yang telah Allah pilihkan untukku sehingga aku tidak akan berpaling ke agama lain. Inilah jalan terbaik dalam hal toleransi antarumat beragama dalam urusan peribadahan kepada Tuhan.

Sedangkan tafsir Tahlili Kemenag pada ayat 2, Allah menjelaskan jika manusia tidak mau hidupnya merugi, maka ia harus beriman kepada-Nya, melaksanakan ibadah sebagaimana yang diperintahkannya, berbuat baik untuk dirinya sendiri, dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Di samping beriman dan beramal saleh, mereka harus saling nasihat-menasihati untuk menaati kebenaran dan tetap berlaku sabar, menjauhi perbuatan maksiat yang setiap orang cenderung kepadanya, karena dorongan hawa nafsunya.

Surat Al Kafirun Ayat 1-6: Arab, Latin, dan Terjemahan

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

قُلْ يٰٓاَيُّهَا الْكٰفِرُوْنَۙ ١

1. Qul yā ayyuhal-kāfirūn(a).

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai orang-orang kafir,

لَآ اَعْبُدُ مَا تَعْبُدُوْنَۙ ٢

2. Lā a‘budu mā ta‘budūn(a).

aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۚ ٣

3. Wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud(u).

Kamu juga bukan penyembah apa yang aku sembah.

وَلَآ اَنَا۠ عَابِدٌ مَّا عَبَدْتُّمْۙ ٤

4. Wa lā ana ‘ābidum mā ‘abattum.

Aku juga tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.

وَلَآ اَنْتُمْ عٰبِدُوْنَ مَآ اَعْبُدُۗ ٥

5. Wa lā antum ‘ābidūna mā a‘bud(u).

Kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah.

لَكُمْ دِيْنُكُمْ وَلِيَ دِيْنِ ࣖ ٦

6. Lakum dīnukum wa liya dīn(i).

Untukmu agamamu dan untukku agamaku.”

Baca juga:

Sukarno Murka Berita Kelaparan, Terbitkan Buku Masak Mustika Rasa

Fakta-Fakta Humza Yousaf, Muslim Pertama yang Pimpin Skotlandia

Kesederhanaan Bung Hatta: Ironi Sepatu Bally tak Terbeli dan Tas Branded Istri Pejabat

Niat Puasa Ramadhan, Arab, Latin dan Terjemahan

Hanya Ada Tiga Jenderal Bintang Lima di Indonesia, Siapa Saja?