History

Musik Indonesia di Masa Revolusi: Lagu Mars, Lagu Percintaan, dan Lagu Sindiran

Pengunjung mengamati duplikat biola milik WR Supratman yang dipajang di Museum WR Supratman di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/2/2020). Foto: Dok. Republika
Pengunjung mengamati duplikat biola milik WR Supratman yang dipajang di Museum WR Supratman di Surabaya, Jawa Timur, Rabu (19/2/2020). Foto: Dok. Republika

MAGENTA -- Menurut J.A. Dungga dan L. Manik dalam buku Musik Indonesia dan Permasalahannya terbitan Balai Pustaka 1952, sejarah musik Indonesia di masa revolusi 1945 terbagi empat kategori, yakni lagu-lagu mars, lagu tanah air bersuasana tenang, lagu percintaan, dan lagu sindiran.

Berikut ini penjelasan mengenai jenis lagu di masa revolusi tersebut, dikutip dari buku 100 Tahun Musik Indonesia terbitan Gagas Media, 2015 oleh Denny Sakrie.

BACA JUGA: Akar Pepaya Bisa Mengobati Gigitan Ular Berbisa dan Rematik, Ini Cara Membuatnya

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

.

.

1. Lagu-lagu tanah air berupa mars

Lagu-lagu mars biasanya dinyanyikan oleh pasukan yang berlatih untuk berjuang di garis terdepan. Tak lama setelah proklamasi, di Indonesia berkumandang mars "Dari Barat Sampai ke Timur" yang melodi bait pertamanya mirip lagu kebangsaan Prancis "La Marseillaise".

J. A. Dungga dan L. Manik pun menemukan kemiripan notasi melodi antara lagu "Halo Halo Bandung" dengan lagu bergaya bluegrass, "When It's Springtime In The Rockies" karya Robert Sauer dan Mary Hale Woolsey.

2. Lagu-lagu tanah air bersuasana tenang

Lagu ini bertema sama dengan mars, tetapi bernuansa tenang seperti lagu "Tanah Airku" karya Iskak, "Tanah Tumpah Darahku" karya Cornel Simandjuntak, "Syukur" karya H. Mutahar, maupun "Padamu Negeri" karya Kusbini.

BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat

3. Lagu-lagu percintaan

Selama revolusi, banyak muncul lagu percintaan yang berkaitan dengan perjuangan para pejuang. Hampir semua lagu ini bertemakan seputar perpisahan antara seorang gadis dengan kekasihnya yang menunaikan bakti di garis terdepan, disertai perasaan bahwa kepergiannya mungkin untuk selamanya.

Ismail Marzuki lalu menulis sederet lagu romansa mulai dari "Gugur Bunga", "Selendang Sutera", "Melati di Tapal Batas", "Bandung Selatan di Waktu Malam", dan banyak lagi.

4. Lagu-lagu sindiran

Lagu-lagu sindiran bermaksud melukiskan keburukan-keburukan dalam masyarakat Indonesia di masa perjuangan. Lagu bertema semacam ini memang tak banyak jumlahnya dan tak dikenal nama penciptanya. Satu di antaranya adalah lagu "Ibu, Aku Tak Sudi Tukang Catut" yang menggambarkan rasa jijik seorang gadis terhadap tukang catut.

Di zaman itu, tukang catut dianggap sebagai sesuatu yang merugikan perjuangan. Kelak, lagu-lagu semacam ini kerap disebut sebagai lagu bernuansa kritik sosial, seperti yang kini terdapat pada lagu-lagu Iwan Fals atau Slank.

BACA JUGA:

Niat Sholat Subuh Sendiri dan Berjamaah, Lengkap dengan Doa Qunut dan Tata Cara

Khasiat Daun Salam Bisa untuk Obat Diabetes, Asam Urat, dan Radang Lambung

Mitos Orang Betawi, antara Mata Kedutan dan Bunyi Tokek

Khasiat Daun Salam Bisa untuk Obat Diabetes, Asam Urat, dan Radang Lambung

Kamu Perlu Tahu, Istilah dalam Dunia Lari