Khazanah

Bolehkah Jamaah Wanita Haid Ziarah ke Raudhah? Ini Kata Ahli Fiqih dari 4 Mazhab

Jamaah haji wanita Indonesia menunggu dengan tertib untuk masuk ke Raudhah, Ahad (30/7/2017). Bolehkah Jamaah Wanita Haid Ziarah ke Raudhah? Ini Kata Ahli Fiqih dari 4 Mazhab. Foto: Republika/Ani Nursalikah
Jamaah haji wanita Indonesia menunggu dengan tertib untuk masuk ke Raudhah, Ahad (30/7/2017). Bolehkah Jamaah Wanita Haid Ziarah ke Raudhah? Ini Kata Ahli Fiqih dari 4 Mazhab. Foto: Republika/Ani Nursalikah

MAGENTA -- Sejak 10 Juli 2023, jamaah haji gelombang II secara bertahap diberangkatkan ke Madinah untuk ibadah Arbain. Selain Arbain, jamaah juga berkesempatan ziarah ke Makam Nabi dan Raudhah. PPIH telah mengatur mekanisme jamaah haji Indonesia masuk Raudhah.

Lalu, apakah jamaah haji wanita dalam kondisi haid bisa ziarah ke makam Nabi dan Raudhah? Para ahli fiqih (Fuqaha) berbeda pendapat tentang hukum berdiam diri (المكث ) di masjid. (Muhammad Athiah Khamis, kitab Fiqh al-Nisa fi al-Hajj, hlm 156).

BACA JUGA: Kocak, Cerita Pak AR Nasihati Jamaah Haji yang BAB di Wastafel

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

.

“Berikut pandangan para fuqaha atau ahli fiqih tentang ketentuan boleh tidaknya wanita haid bisa ziarah ke Makam Nabi dan Raudhah,” ujar Koordinator Media Center Haji (MCH) PPIH Pusat Dodo Murtado di Jakarta, Sabtu (15/07/2023).

Pertama, Mazhab Maliki mengharamkan secara mutlak bagi wanita haid untuk lewat atau berdiam diri (al-muktsu) di dalam masjid, kecuali ada kebutuhan yang sangat mendesak seperti takut/menghindari ancaman atau kezaliman.

“Kedua, mazhab Hanafi dan mazhab Syafi'i membolehkan orang junub, wanita haid dan nifas masuk dan berjalan di dalam masjid dengan syarat darah haid terjaga tidak menetes, tetapi tidak boleh berdiam diri,” ujarnya.

Ketiga, mazhab Hambali memperbolehkan orang junub, wanita haid dan nifas berjalan di masjid ketika darah belum berhenti dan aman tidak akan menetes dan mengotori masjid, namun tidak boleh berdiam diri. Namun, jika darah haid atau nifas telah terhenti (mampet), wanita tersebut boleh berdiam diri di dalam masjid.

“Keempat, Imam Ahmad, al-Muzani, Ibnu al-Mundzir berpendapat boleh berjalan ataupun berdiam diri dalam masjid karena orang muslim itu tidak najis,” tuturnya.

BACA JUGA: Bacaan Talbiyah Labbaik Allahumma Labbaik dalam Ibadah Haji dan Waktu Membacanya

Ziarah wada dan tata caranya...