Percepat Panen Garam, Dosen ITB Ciptakan Rumah Garam dari Botol Plastik Bekas
![Rumah garam berukuran 4x3 meter buatan dosen oseanografi ITB. Foto: itb.ac.id](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/5ppnv61ami.jpg)
MAGENTA -- Indonesia masih impor garam dengan jumlah yang besar, padahal negeri ini terkenal dengan julukan negara maritim. Hal itu mendorong Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) ITB untuk membuat rumah garam di Kabupaten Subang, Jawa Barat.
Program pengabdian masyarakat ini turut melibatkan dosen Oseanografi, dosen Teknik Geologi, mahasiswa Oseanografi, mahasiswa Sains Kebumian, dan Yayasan Ibu Pertiwi.
BACA JUGA: Kisah Nabi Musa AS Menampar Malaikat yang Ingin Mencabut Nyawanya
.
Dosen Oseanografi ITB Susanna Nurdjaman mengatakan pertanian garam membutuhkan lahan yang luas dan berpasir. "Berangkat dari hal tersebut, kami menginisiasi pembuatan rumah garam yang memanfaatkan energi dari cahaya matahari," katanya.
Dikutip dari itb.ac.id, dinding rumah garam berukuran 4x3 meter itu terbuat dari susunan botol plastik bening tak terpakai yang dirangkai dengan bilah bambu. Proses pembuatan rumah garam dan peresmiannya selesai pada Sabtu (29/7/2023) dan dihadiri oleh pemerintah setempat.
“Daripada botol tersebut dibuang percuma dan merusak lingkungan, akan lebih baik jika dimanfaatkan menjadi dinding seperti ini,” tutur Susanna yang juga menjadi ketua tim pengabdian masyarakat FITB ITB.
BACA JUGA: Bacaan Doa Iftitah Lengkap Arab, Latin, dan Terjemahan
Susanna menjelaskan, cara kerja rumah garam adalah air laut yang telah diendapkan semalaman dituangkan ke dalam meja penampungan. Meja tersebut terbuat dari kayu yang dilapisi dengan seng dan plastik bening. Rumah garam akan menjebak panas dan menguapkan air laut.
Kemudian, uap air hasil penguapan akan dialirkan ke pipa paralon melalui atap yang terbuat dari mika bening dan didesain miring. Air tersebut merupakan air murni bebas mineral yang bisa dikonsumsi. Sementara garam yang tertinggal di meja penguapan, dapat langsung dipanen.
“Rumah garam memang hanya mengandalkan sinar matahari, tetapi penggunaan setiap bahannya sudah dipertimbangkan untuk memaksimalkan proses penguapan. Sistem desalinasi seperti ini sebelumnya sudah pernah diupayakan dalam bentuk yang lebih sederhana dan diterapkan bagi Suku Anak Laut di Kepulauan Riau,” ujar Susanna.
BACA JUGA: Benarkah Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati Keturunan Tionghoa?
Setelah uji coba selama empat hari, dihasilkan satu kilogram garam dari penguapan air laut. Waktu ini terbilang cepat jika dibandingkan pembuatan garam tradisional oleh masyarakat Kabupaten Subang yang memakan waktu lebih dari dua minggu.
Susanna juga berharap keberadaan rumah garam ini dapat terus dimanfaatkan dan ditiru oleh masyarakat setempat untuk membuat pertanian garam skala rumah. “Semoga transfer ilmu yang kami lakukan dapat menjadi alternatif produksi garam dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
BACA JUGA:
▶ Mengapa Valentino Rossi Dijuluki The Doctor?
▶ Kisah Nabi Adam Minta Buah-buahan dari Surga Menjelang Kematiannya
▶ Kisah Nabi Luth Tawarkan Tiga Putrinya Agar Tamunya tak Dimangsa Kaum Sodom
▶ Disebut Tiga Kali dalam Alquran, Delima Bisa Mengobati Banyak Penyakit
▶ Tak Rela Firaun Bertaubat, Malaikat Jibril Sumpal Mulut Firaun dengan Lumpur
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/placeholder.jpg)