Khazanah

Penulis Wahyu Alquran di Zaman Rasulullah Ada 43, Ini yang Paling Terkenal

Ilustrasi. Penulis Wahyu di Zaman Rasulullah Ada 43, Ini yang Paling Terkenal. Foto: Dok. Republika
Ilustrasi. Penulis Wahyu di Zaman Rasulullah Ada 43, Ini yang Paling Terkenal. Foto: Dok. Republika

MAGENTA -- Rasulullah SAW adalah seorang yang tidak menulis dan tidak membaca, sebagaimana Allah SWT tegaskan di dalam Alquran.

Surah Al Ankabut ayat 48

وَمَا كُنتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلَا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ إِذًا

لَارْتابَ الْمُبْطِلُونَ

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Alquran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu)." (QS. Al-Ankabut: 48)

Secara teknis, Jibril menurunkan wahyu dalam bentuk suaranya dan begitu Jibril berlalu, Rasulullah SAW memanggil para sahabat untuk menuliskannya.

Ahmad Sarwat dalam Sejarah Al-Qur'an mengatakan Ghanim Al-Quduri dalam kitabnya Rasmul Mushaf menyebutkan para sahabat yang diperintahkan menulis wahyu cukup banyak jumlahnya, yakni mencapai 43 orang. Yang paling terkenal adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thal, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Saad, Hanzhalah ibnu Ar-Rabi' dan lainnya.

Namun yang paling produktif dan menonjol untuk menuliskan wahyu dari semuanya memang Zaid bin Tsabit. Pengakuan langsung dari Zaid sebagai berikut:

كنت أكتب الوحي عند رسول الله وهو يملي علي فإذا فرغت

قال: اقرأه فأقرؤه فإن كان فيه سقط أقامه ثم أخرج به إلى

الناس

"Aku seorang penulis wahyu Rasulullah. Caranya dengan Beliau SAW membacakannya kepadaku. Bila sudah selesai, Beliau pun memerintahkan aku untuk membaca ulang. Maka Aku membaca ulang, bila ada yang terlewat, Beliau membenarkannya."

Rasulullah SAW memang selalu memanggil Zaid untuk siapa sedia, kapan pun turun wahyu.

ادع لي زيدا وليجيء باللوح والدواة والكتف

"Panggilkan Zaid dan suruh bawa batu, pelepah, dan tulang."

Saking perhatiannya Beliau SAW terhadap penulisan wahyu, sampai Beliau SAW mengeluarkan larangan untuk menulis selain wahyu.

لا اتكتبوا عني ومن كتب عني غير القرآن فليمحه

"Jangan kalian menulis tentang Aku. Siapa yang telanjur menulis tentang Aku, hapuslah."

Larangan ini karena Beliau SAW khawatir akan tercampur-campurnya antara teks asli Alquran dengan penjelasanya. Padahal penjelasannya itu bukan bagian dari Alquran.

Baca juga:

On This Day: 28 Maret 1830, Belanda Tangkap Pangeran Diponegoro Saat Berunding

Apa Hukum Memakai Pewangi Mulut Saat Berpuasa?

Kesederhanaan Bung Hatta: Ironi Sepatu Bally tak Terbeli dan Tas Branded Istri Pejabat

Niat Puasa Ramadhan, Arab, Latin dan Terjemahan