HUT ke-496 Jakarta, Kota Impian dengan Ledakan Penduduk dari 65 Ribu Hingga 11 Juta Jiwa

MAGENTA -- Tiap tahun penduduk Jakarta bertambah. Sebab, Jakarta adalah kota impian untuk mengubah nasib. Jakarta menjadi magnet bagi penduduk dari luar Jakarta untuk mencari pekerjaan dan peruntungan hidup.
Meski kehidupan di Jakarta keras, tapi banyak yang tidak kapok bolak-balik ke Jakarta. Bahkan tiap selesai pulang kampung pasca-Lebaran, banyak dari mereka yang membawa sudara atau temannya mengadu nasib di Jakarta.
BACA JUGA: Asal-usul Nama Betawi: Dari Pelesetan Batavia Hingga Kotoran Manusia
.
Meminjam potongan lagu Koes Plus yang dirilis pada1969, "Ke Jakarta aku kan kembali walaupun apa yang kan terjadi." Jelas, dari lagu yang berjudul "Kembali ke Jakarta" ini, Jakarta menyimpan asa untuk mengubah nasib menjadi lebih baik.
Hingga kini Jakarta masih menjadi kota andalan untuk mencari dan mengumpulkan rupiah. Jakarta malam hari jauh berbeda dari siang hari. Di malam hari penduduk Jakarta sekitar 11 juta jiwa.
BACA JUGA: On This Day: 22 Juni 1527, Sejarah Lahirnya Kota Jakarta
Tetapi pada siang hari jumlah itu mencapai 14 hingga 15 juta jiwa. Itu disebabkan oleh banjir masyarakat commuter yang hilir mudik datang dari luar Jakarta, seperti Bogor, Tangerang, Depok, dan Bekasi.
Sejak dasawarsa 2000-an Jakarta telah berkembang dari kota metropolis menjadi megapolis. Ledakan penduduk telah menyatukan kota-kota di sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi) dengan Jakarta, telah mendorong perlunya penataan kota secara sinergis dan memiliki jangkauan jauh ke depan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Kependudukan (Dukcapil) Provinsi Jakarta, total penduduk Jakarta per Juni 2022 adalah 11.249.585 jiwa. Mereka mendiami kota Jakarta seluas 661,23 Km persegi.
BACA JUGA: Benarkah Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati Keturunan Tionghoa?
Penduduk Jakarta tembus jutaan pada 1950...
Halaman 2 / 3
Penduduk Jakarta Tembus Jutaan pada 1950

Sejatinya, pada 1945 jumlah penduduk Jakarta belum mencapai angka jutaan. Penduduk Jakarta tembus di angka 1,7 juta pada 1950 disebabkan oleh kembalinya Pemerintahan Republik dari Yogyakarta ke Jakarta pada 1949.
Dikutip dari buku Jakarta: Sejarah 400 Tahun oleh Susan Blackburn, mereka berbondong-bondong ke Jakarta untuk menghindari kerusuhan di pedesaan yang terus berlanjut bahkan setelah perang dengan Belanda berakhir. Di sejumlah wilayah ada pemberontakan melawan wewenang Pemerintah Republik.
BACA JUGA: Niat Puasa Dzulhijjah, Puasa Tarwiyah, dan Puasa Arafah Sebelum Idul Adha 2023
.
Di Jawa Barat, tulis Susan, Darul Islam merupakan ancaman terbesar terhadap keteraturan dan ketertiban. Angkatan perang pemberontak Muslim ini berperang demi mewujudkan sebuah negara Islam dan menentang Republik Indonesia yang sekuler. Pemberontakan kelompok ini berlangsung selama bertahun-tahun sejak pengalihan kedaulatan.
Data survei tahun 1953 terhadap imigran menunjukkan mayoritas orang datang ke Jakarta karena alasan ekonomi. Pada akhir masa perjuangan merebut kemerdekaan, kondisi ekonomi Indonesia sangat buruk. Produksi sangat rendah dan barang yang tersedia hanya sedikit.
BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat
Sebagai tempat kedudukan pemerintah nasionalis baru, Jakarta menjanjikan kemerdekaan akan membawa kemakmuran. Pada 1957, diperkirkan 10 ribu orang pengguna kereta yang datang ke Jakarta setiap hari dari Bogor.
"Jakarta nampaknya menawarkan harapan baru bagi para penduduk pedesaan. Banyak dari mereka yang datang dari wilayah-wilayah sangat padat di Jawa. Ribuan lainnya yang tidak terdata adalah para migran musiman yang hanya tinggal selama beberapa bulan di kota, lalu kembali ke desa masing-masing pada masa bercocok tanam dan saat Lebaran, yaitu pada akhir bulan puasa umat Islam," tulis Susan Blackburn.
BACA JUGA: Inilah Bacaan Dzikir Pagi Lengkap, Yuk Amalkan
Jumlah penduduk Jakarta dari 1870 hingga 2022...

Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook