Orang Betawi Naik Haji, Tetangga Ikut Sibuk dari Berangkat Sampai Pulang
MAGENTA -- Selain harus bisa mengaji dan bela diri, orang Betawi juga harus bisa naik haji. Tiga prinsip tersebut secara umum sudah ditaati oleh warga asli Betawi sejak zaman dulu.
Dengan adanya prinsip bisa pergi haji ini, anak Betawi menjadi rajin bekerja. Jika bermalas-malasan, mereka tidak akan punya uang yang banyak untuk membiayai perjalanan ibadah haji.
BACA JUGA: Apa Hukum Menunaikan Ibadah Haji Non-Kuota atau di Luar Prosedur Resmi?
.
Dikutip dari buku Folklor Betawi: Kebudayaan dan Kehidupan Orang Betawi oleh Abdul Chaer, orang Betawi yang pergi haji biasanya akan menggelar acara: melepas haji, tahlilan haji, dan nyambut haji.
1. Melepas haji
Tempo dulu, tulis Abdul Chaer, kalau ada seseorang akan berlayar pergi haji maka banyak tetangga dan kenalan yang datang untuk melepas kepergiannya.
Hadir pada saat seseorang akan berangkat ibadah haji selain mendapat pahala, para tamu juga meminta namanya dipanggil di jabal Abu Qubaisy, agar kelak tahun depan Insya Allah bisa menunaikan ibadah haji.
Selain hadir pada upacara doa pelepasan, banyak pula yang berupaya turut mengantar sampai ke pelabuhan Tanjung Priok dan kalau bisa mengantar sampai ke atas kapal. Pahalanya dianggap lebih besar lagi.
Orang Betawi dulu bisa pergi haji rata-rata uangnya dari hasil kerja, dari hasil penjualan buah-buahan, yang dicelengin (ditabung) selama bertahun-tahun. Orang Betawi dulu nyelengin uangnya itu biasanya di dalam bambu yang menjadi leger dinding rumahnya.
BACA JUGA: Pernah Ditanya Soal Perbedaan Waktu Hari Raya, Ini Jawaban Buya Hamka
Tahlilan haji...